FPI Mati Suri, NKRI Harga Mati



Sejak awal menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, sepak terjang Ahok tak pernah lepas dari liputan media. Apa pun yang dikerjakan oleh Ahok selalu menjadi konsumsi publik, melalui pemberitaan media. Baik untuk masyarakat Jakarta sendiri maupun wilayah lainnya. Hal ini sangat wajar, mengingat Jakarta yang notabenenya sebagai ibukota negara. Apalagi semenjak kepemimpinan Jokowi dan berlanjut pada Ahok, Jakarta mengalami banyak perubahan. Hal yang paling mencolok dari perubahan itu adalah naiknya tingkat pelayanan publik.

Jokowi dan Ahok menjadi idola baru bagi masyarakat Jakarta kala itu, dan bahkan sampai dengan saat ini. Bisa dibilang mereka berdua adalah primadona bagi Jakarta maupun untuk wilayah lainnya. Sehingga tak jarang program-program yang mereka kembangkan di Jakarta selalu ditiru oleh wilayah lain di Indonesia. Sejak menggantikan posisi Jokowi dari kursi gubernur, nama Ahok kian melejit. Ahok berhasil mengambil hati warganya lewat kebijakan-kebijakan yang ia terapkan untuk membangun kota Jakarta.

Sepak terjang Ahok memang tak semudah yang dibayangkan, banyak sekali hal-hal yang mengganjal jalannya sebagai pelayan masyarakat. Dan Ormas yang paling kontra serta menentang pemerintahan Ahok adalah FPI. Jelas secara kinerja, Ahok sudah teruji. Sehingga tak jarang FPI dan gerombolannya menghantam karakter Ahok lewat isu SARA.

Seperti yang kita tahu, Ahok adalah seorang minoritas. Dari etnis minoritas, agama minoritas dan bukan warga asli Jakarta. Isu-isu yang berbau agama, sering dilontarkan oleh FPI dan gerombolannya untuk menumbangkan Ahok dari kursi gubernur Jakarta. Mereka menganggap Ahok tak layak memimpin Jakarta karena tidak beragama Islam. Hal ini terasa aneh, kenapa hanya di Jakarta dan tidak berlaku ditempat lainnya.

Semangat FPI untuk menjegal Ahok tidak pernah kendor, kasus penistaan agama yang disangkakan pada Ahok dianggap sebagai senjata ampuh untuk melawan Ahok. FPI kembali unjuk gigi dan memainkan aksinya lewat demo yang bertajuk aksi bela Islam. Apa yang diinginkan oleh FPI hampir mencapai puncaknya. Demo 212 yang dipimpin langsung oleh Rizieq Shihab sempat menggoyah ibukota.

Rizieq seperti diatas angin, panggung yang selama ini dikuasai oleh Ahok sempat dirampas dan berada pada genggamannya. Isu SARA yang ia mainkan mampu memantik reaksi publik, sehingga membuat orang-orang berbondong-bondong pergi ke Jakarta tanpa tahu apa tujuan sebenarnya. Kebanyakan dari mereka yang ikut aksi tersebut berasal dari masyarakat bawah yang sangat mudah untuk diprovokasi. Apalagi ada anak-anak dibawah umur yang diikutsertakan dalam aksi, sangat berbahaya dan dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

Karakter Ahok diserang habis-habisan oleh Rizieq Shihab. Seperti tak mempedulikan jubah yang ia pakai, Rizieq seperti kerasukan setan, kata-kata kotor yang bertolak belakang dengan etika ajaran Islam kian ia lontarkan. Yang penting Ahok tumbang, “Jakarta, biar kawan-kawan ane yang mimpin, biar aliran fulus ane lancar.”

Aksi bela Islam yang dipimpin oleh Rizieq Shihab telah merugikan negara hingga mencapai puluhan miliyar rupiah. Bukan hanya kerugian material, tetapi hal itu juga membahayakan posisi negara jika dibiarkan begitu saja. Kegaduhan yang terjadi dapat mengganggu keamanan nasional serta stabilitas politik yang berimbas pada ekonomi negara.


Jika berkali-kali Rizieq Shihab menyerang karakter Ahok melalui isu SARA, begitu pun dengan Rizieq. Kali ini Rizieq diserang karakternya lewat chapture pesan whatsapp yang disebarluaskan oleh akun anonymous. Dalam percakapan tersebut hampir keseluruhannya berisi tentang chatsex disertai dengan foto-foto telanjang Firza Husein, yang tak lain adalah lawan chatsex Rizieq Shihab.

Seperti sapi yang dicocok hidungnya, Rizieq diam tak bergeming. Semenjak isu tersebut beredar luas, tidak ada satupun upaya yang dilakukan oleh pihak Rizieq Shihab maupun FPI untuk mengusut akun anonymous. Hal ini tentu semakin menjelaskan bahwa chatsex tersebut memang benar adanya. Bahwa antara Rizieq Shihab dan Firza Husein telah terjalin skandal perselingkuhan.

Posisi Rizieq kian terhimpit, nama baiknya sebagai pemimpin besar organisasi agama Islam mulai luntur. Rizieq dengan terpaksa harus menelan pil pahit akan hal ini. Demo-demo lanjutan yang sudah diagendakan, terpaksa harus diurungkan. Jika Rizieq bersikeras, maka akan muncul teror lanjutan untuk menghantam karakternya yang bisa berimbas pada kurungan bui.

Sikap yang diambil Rizieq Shihab sama persis dengan sikap kawan-kawannya yang diciduk karena kasus makar. Semenjak kejadian itu, Rizieq sudah tak terlihat lagi di aksi demo-demo berikutnya yang mengatasnamakan agama untuk menuntut Ahok dipenjara.

Dengan demikian artinya tugas pengamanan negara menjelang Pilgub DKI putaran kedua sudah hampir selesai. Ibarat permainan catur, rajanya berhasil dipojokkan dan hampir sekarat, hanya tinggal pion-pionnya saja yang tak cukup memiliki kekuatan.

Kasus hukum yang menimpa Rizieq Shihab, menjadi senjata ampuh sekaligus cara yang paling efektif bagi pihak kepolisian untuk menciduk siapa saja yang berani makar pada negara. Tentu Rizieq tidak ingin kasusnya diperpanjang, untuk itu dia harus membantu kepolisian untuk mengungkap siapa saja yang ingin makar.

Seperti yang terjadi pada aksi 313 beberapa hari yang lalu, koordinatur demo Gatot Saptono alias Al-khattath berhasil diringkus lewat tuduhan makar. Dari hasil penelusuran telah berhasil diungkap siapa saja penyandang dana makar untuk aksi tersebut. Tertangkapnya Gatot beserta kawan-kawannya, tentu tidak lepas dari informasi yang didapat dari Rizieq Shihab. Sehingga jika ada aksi-aksi demo berikutnya bisa dipastikan sepi akan peminat. Begitulah kira-kira, kenapa kasus Rizieq Shihab tentang perselingkuhannya dengan Firza Husein tidak lagi terdengar kabarnya dan FPI sendiri pun seperti mati suri. Hidup segan, mati tak mau.

Jadi kesimpulannya, apa yang dilakukan oleh FPI dan kawan-kawannya syarat akan unsur politik, tergantung siapa yang mendanai. Dan buat warga Jakarta, tidak perlu ragu pasangan calon gubernur mana yang harus anda pilih di 19 April nanti. Pilih saja lawan dari pasangan calon gubernur yang berkawan dengan FPI. Karena musuh dari Ahok-Jarot adalah sahabat FPI.

Hal ini sekaligus menjadi pelajaran tersendiri bagi masyarakat agar jangan terlalu mudah untuk diprovokasi, apalagi belum tahu akar dari permasalahannya.

Perlu kita ingat kembali, Indonesia lahir dari keberagaman, artinya jangan sampai isu-isu yang bertolak belakang dengan keberagaman, justru menjadi senjata untuk memecah belah bangsa. NKRI harga mati.

0 Response to "FPI Mati Suri, NKRI Harga Mati"

Posting Komentar